A. Pola Belajar
Banyak ragam pola
belajar yang dikemukakan oleh para ahli, banyak pula perbedaan variasi dan streessing (penekanan) dari suatu
pola belajar oleh masing-masing ahli. Menurut Sriyono (dalam Roestiyah,
2000:106) menyatakan:
Pola belajar adalah rangkaian prosedur dalam
belajar yang dapat membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pola
belajar di antaranya pola belajar mandiri, pola belajar terbimbing, pola
belajar kelompok, pola belajar diskusi, dan lain-lain. Masing-masing dari pola
belajar tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam pelaksanaannya pola
belajar mandiri telah biasa dilakukan oleh siswa dirumahnya masing-masing.
Menurut Alma (2008:78)
menyatakan bahwa:
Dilihat
dari sudut penyusunan strategi belajar mengajar, maka ada beberapa pola belajar
yang dapat dipertimbangkan oleh guru dan siswa agar kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan secara teratur menurut pola tertentu. Dalam pola belajar ini
akan sekaligus tercerminkan sikap guru dan kegiatan siswa serta interaksi
antara keduanya. Pola-pola belajar itu diantara terdiri dari pola belajar individu,
pola belajar kelompok, pola belajar terbimbing, pola belajar leaving (meninggalkan), pola
belajarsupervising (supervisi)”.
Dari kedua pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa pola belajar adalah rangkaian prosedur dalam
kegiatan belajar mengajar yang nantinya akan mampu membantu siswa dalam
kegiatan belajar mengajarnya. Dilihat dari sudut penyusunan strategi belajar
mengajarnya maka pola belajar itu di antaranya terdiri dari pola belajar
individu, pola belajar kelompok, pola belajar terbimbing. Pola belajar leaving, pola belajar
supervisi.
Lebih lanjut, Roestiyah (2000:58)
menyimpulkan:
Bila kita
membicarakan mengenai pola belajar, berarti kita akan mebicarakan tentang:
komponen-komponen dasar dalam proses belajar secara menyeluruh, model
pembelajaran, dan jenis dan tingkah laku kepemimpinan guru sebagai pribadi yang
mengarahkan, mengawasi dan mengatur pelaksanaannya.
Menurut Glasser (dalam Rohani,
2004:74) mengemukakan ada 4 komponen pola belajar yaitu:
a. IO (Instruksional
Objektives) atau Tujuan Pengajaran.
b. EB (Entering/Entry
Behavior) atau Pengenalan Kemampuan Awal.
c. IP (Instruksional
Procedures) atau Proses Mengajar/Pengajaran.
d. PA (Performance
Assesment) atau Penilaian Terhadap Capaian Tujuan Pengajaran.
Lebih jauh, Alma
(2008:79) mengemukakan:
Pola belajar dapat dijadikan
pertimbangan dasar dalam menampilkan keterampilan-keterampilan mengajar secara
tepat termasuk pemilihan metode mengajar”. Namun demikian pemilihan pola
mengajar inipun biasanya dilakukan atas pertimbangan: “(1) tujuan pengajaran;
(2) karakteristik bahan yang diajarkan; (3) alokasi waktu yang tersedia; (4)
karakteristik siswa; (5) kemampuan guru itu sendiri.
Dari beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan dalam penyusunan pola belajar harus mempertimbangkan
komponen-komponennya yaitu: tujuan pengajaran, pengenalan kemampuan awal,
proses pengajaran dan penilaian terhadap capaian tujuan pengajaran.
B. Pola Belajar Bimbingan
Tutor Sebaya
Dalam pembelajaran
matematika sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru kelas untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun usaha itu belum menunjukan hasil
yang optimal. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai
terlalu mencolok. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai antar
siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang pandai
untuk menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah. Tentu
saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah bentuk
pembelajaran yang lain.
Pembelajaran tersebut
adalah pembelajaran tutor sebaya. Menurut Kuswaya Wihardit (dalam Anonim, 2010)
menuliskan bahwa:
Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa
pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Di
sisi lain yang menjadikan matematika dianggap siswa sebagai pelajaran yang sulit
adalah dalam pembahasaannya. Dalam hal tertentu siswa lebih paham
dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya
pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.
Sedangkan menurut
Arikunto (dalam Nurhayati, 2010) menyatakan bahwa: “tutor sebaya adalah
seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu
guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas”.
Sedangkan Hisyam Zaini
(dalam Anonim, 2010) menyatakan bahwa:
Metode belajar yang
paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan
model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat
membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tutor
sebaya adalah seseorang atau beberapa orang yang dipercaya oleh guru melalui
beberapa aspek penilaia mampu membimbing teman sebayanya dalam kegiatan belajar
mengajar ditingkat kelas yang sama.
Untuk menentukan
seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa
yaitu siswa yang dipilih nilai prestasi belajar matematikanya tinggi, dapat
memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar. Arikunto mengemukakan
bahwa dalam memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tutor dapat diterima
(disetujui) oleh mayoritas siswa sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk
bertanya kepadanya.
b. Tutor dapat
menerangkan bahan yang akan diajarkan yang dibutuhkan oleh siswa yang lain dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Tutor tidak tinggi
hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
d. Tutor mempunyai daya
kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan
pelajaran kepada kawannya.
Menurut Djamarah
(2006:25) menerangkan bahwa untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor
diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri, diantaranya adalah:
1) Memiliki kepandaian
lebih unggul dari pada yang lain.
2) Memiliki kecakapan
dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.
3) Mempunyai kesadaran
untuk membantu teman lain.
4) Dapat menerima dan disenangi
siswa yang mendapat program tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa
takut atau enggan untuk bertanya kepada yang pandai dan rajin.
5) Tidak tinggi hati,
kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan.
6) Mempunyai daya
kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan atau yaitu dapat menerangkan
kepada kawannya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan
tutor sebaya diperlukan pertimbangan-pertimbangan yaitu: memiliki kepandaian
yang lebih ungngul dari teman-temanya, tidak tinggi hati, kejam atau keras hati
terhadap sesama kawan, memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran, dan
mempunyai kreativitas dalam membimbing dan menerangkan materi pelajaran kepada
kawannya.
Menurut Suryono dan
Amin (dalam Djamarah, 2006:35) menyatakan ada beberapa kelebihan dan kelemahan
bimbingan tutor sebaya antara lain :
Adapun kelebihan
bimbingan tutor sebaya adalah sebagai berikut :
1) Adanya suasana
hubungan yang lebih akrab dan dekat antara siswa yang dibantu dengan siswa
sebagai tutor yang membantu.
2) Bagi tutor sendiri
kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar.
3) Bersifat efisien,
artinya bisa lebih banyak yang dibantu.
4) Dapat meningkatkan
rasa tanggung jawab akan kepercayaan.
Adapun kelemahan
bimbingan tutor sebaya adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang dipilih
sebagai tutor sebaya dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan
siswa yang dibantu.
2) Siswa yang dipilih
sebagai tutor sebaya belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.
Dari pendapat di atas
dapat diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan tutor sebaya memilki beberapa
kelebihan dan kelemahan yang saling berkaitan. Kelebihannya suasana belajar
menjadi lebih akrab, lebih efisien dan mampu meningkatkan rasa tanggung jawab
serta menambah motivasi belajar bagi tutor sebaya. Sedangkan kelemahannya,
tutor sebaya yang dipilih belum tentu mampu menyampaikan materi kepada temannya
dan antara keduanya belum tentu ada hubungan yang baik.
a. Pola Belajar Bimbingan
Tutor Sebaya secara Kelompok
Istilah kelompok
dipakai untuk merangkum pengertian di mana siswa dalam satu kelompok dipandang
dalam satu kesatuan tersendiri, untuk mencari satu tujuan pembelajaran yang
tentu dengan gotong royong. Menurut Sagala (2003: 215) memandang bahwa:
Metode
kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok, mengandung pengertian bahwa
siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri,
ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil atau sub-sub kelompok. Kelompok
dapat dibuat berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar,
perbedaan minat dan bakat belajar, jenis kegiatan, wilayah tempat tinggal,
random dan sebagainya.
Sedangkan menurut
Hamalik (dalam Sutrisni: 2008: 59) menyatakan bahwa:
Belajar kelompok
dilaksanakan dalam suatu proses kelompok para anggota saling berhubungan dan
berpartisipasi, memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan bersama. Proses
kelompok mempunyai karakteristik atau segi-segi relasi, interaksi, partisipasi,
kontribusi afeksi, dan dinamika.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
kelompok adalah pembentukan siswa dalam kelompok-kelompok yang dapat dibentuk
dari perbedaan individual dalam kemampuan belajar, perbedaan minat dan bakat,
dan sebagainya dalam memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Hamalik (2004:
189) menyatakan:
Pada
dasarnya tutorial sebaya secara berkelompok berdasarkan pada hubungan teman
sebaya yang membimbing sekelompok siswa sejawatnya yang terdiri dari empat
sampai lima orang siswa sekaligus pada waktu yang sama. Pendekatan tutorial
kelompok lebih menitikberatkan pada kegiatan bimbingan-bimbingan
individu-individu dalam kelompok.
Kalau kita definisikan
secara singkat kelompok sebaya terdiri dari individu yang rata-rata usianya
hampir sama. Menurut Silberman (2000:157) bahwa:
Suatu mata pelajaran
benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mangajarkan
kembali pada peserta didik lain dalam kelompok belajar dan mengajar teman sebaya memberikan
kesempatan pada peserta didik dalam mempelajari sesuatu dengan lebih baik pada
waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi yang lain.
Dari kedua pendapat di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
bimbingan tutor sebaya secara kelompok berdasarkan pada hubungan tutor sebaya
dengan teman sejawatnya yang lebih menitikberatkan pada kegiatan bimbingan
individu-individu dalam kelompok sehingga tutor sebaya harus mampu
belajar menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Untuk dapat mempertahankan
keakraban dan rasa memiliki di dalam kelompok maka perlu diperhatikan jumlah
anggota kelompok tersebut. Agar penyelenggaraan belajar melalui pembelajaran
kelompok tutor sebaya dapat berlangsung dengan baik maka perlu diperhatikan
langkah-langkah pelaksanaannya. Adapun menurut Djamarah (2005: 31) langkah-langkah
yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang menerapkan bimbingan belajar
kelompok dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1) Memilih tutor sebanyak
4-5 orang dengan syarat:
a. Termasuk dalam
peringkat 10 terbaik berdasarkan nilai rapor atau nilai evaluasi sebelumnya.
b. Dapat menguasai materi
pelajaran.
2) Mengelompokkan sisiwa
menjadi beberapa kelompok.
3) Pengelompokan
dilakukan menurut tingkat kecerdasan siswa, yaitu setiap kelompok terdiri dari
siswa pandai, sedang dan kurang.
4) Membahas beberapa
contoh soal yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.
5) Memberikan bimbingan
sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa dengan bantuan tutor sebaya.
6) Mengisi lembar
observasi, pengamatan, dan pengidentifikasian siswa selama kegiatan belajar
mengajar antara lain: absent, dan keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam bimbingan
tutor sebaya secara kelompok diperlukan langkah-langkah dalam pemilihan tutor
sebaya yaitu: memilih tutor sebaya menurut prestasi belajarnya dan
tingkat kecerdasannya kemudian dimasukkan dalam setiap kelompok, diberikan
permasalahan kemudian membimbing siswa yang lain sesuai kesulitan yang
dihadapi.
Menurut Sagala (2003
:216) menyatakan ada beberapa kelebihan dan kelemahan tutor sebaya secara
berkelompok antara lain :
Adapun kelebihan tutor sebaya secara
berkelompok anatara lain:
1) Membiasakan siswa
bekerja sama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan kepada mereka untuk
mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab.
2) Membangkitkan kemauan
belajar bersunguh-sungguh.
3) Guru tidak perlu
mengawasi masing-masing murid secara individual, cukup hanya dengan
memperhatikan kelompok saja atau tutor-tutor kelompoknya. Penjelasan tentang
tugas pun dapat dilakukan hanya melalui tutor kelompoknya.
4) Melatih tutor kelompok
menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan membiasakan anggota-anggotanya
untuk melaksanakan tugas kewajiban sebagai warga yang patuh pada peraturan.
Adapun kelemahan tutor sebaya secara
berkelompok antara lain:
1) Segi penyusunan
kelompok yakni :
a. Sulit untuk membuat
kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat .dan minat, atau daerah tempat
tinggal.
b. Murid-murid yang oleh
guru telah dianggap homogen, sering tidak cocok dengan anggota kelompoknya itu.
c. Pengetahuan guru tentang
pengelompokan itu kadang-kadang masih belum mencukupi.
2) Segi kerja kelompok
yakni :
a. Tutor kelompok
kadang-kadang sukar untuk memberikan penertian kepada anggota, sulit untuk
menjelaskan dan mengadakan pembagian kerja.
b. Anggota kadang-kadang
tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok.
c. Dalam belajar bersama
kadang-kadang tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang
berlarut-larut.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa bimbingan tutor sebaya
secara kelompok memiliki kelebihan bagi siswa mampu mwningkatkan kegiatan
belajar dengan lebih giat dan demokratis. Dan bagi guru lebih efisien dalam
mengaasdi kegiatan belajar secara kelompok. Sedangkan kelemahannya terutama
dalam segi penyusunan kelompok dan segi kegiatan belajarnya yang terkadang
menyimpang dari yang direncanakan.
b. Pola Belajar Bimbingan Tutor Sebaya secara
Klasikal
Pembelajaran klasikal menurut Syaiful Sagala
(dalam Taufiq, 2009) diartikan sebagai: “pembelajaran klasikal adalah kegiatan
penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa secara bersama-sama, yang biasanya
dilakukan oleh pengajar dengan berceramah di kelas.
Sedangkan menurut
Erman (dalam Anonim, 2010) pembelajarn klasikal diartikan sebagai:
Pembelajaran yang memandang siswa
berkemampuan tidak berbeda sehingga mereka mendapat pelajaran secara bersama,
dengan cara yang sama dalam satu kelas sekaligus. Model yang digunakan adalah
pembelajaran langsung (direct learning). Pembelajaran tergantung proses
kegiatan yang dilaksanakan, yaitu apakah semua siswa berartisipasi secara aktif
terlibat dalam pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau hanya mendengar
dan mencatat.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
klasikal adalah pembelajaran yang memandang kemampuan siswa sama, yang
diajarkan secara bersama-sama di dalam kelas dengan model pembelajaran langsung
dari guru yang biasanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaiannya.
Penyelenggaraan
belajar melalui bimbingan tutor sebaya secara klasikal akan memberikan
manfaat yang lebih banyak yaitu meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam
belajar sehingga akan meningkat.Menurut Perceivel Huston (dalam Ahmadi,
2004:115):
Tutor sebaya yang
dapat berperan sebagai pembimbing yang efektif adalah mereka yang mempunyai
kemampuan (kelebihan dalam hal mengajar bidang studi): 1)Dapat menimbulkan
minat dan semangat dalam bidang studi yang diajarkan. 2)Memiliki kecakapan
sebagai pemimpin. 3)Dapat menghubungkan materi pelajaran dalam pengerjaan praktis.
Lebih lanjut Huston
(dalam Ahmadi, 2004: 120) menyatakan bahwa: “tutor sebaya yang diterapkan
secara menyeluruh dalam kelas akan mampu menimbulkan semgangat belajar siswa
yang lainnya jika didukung olah kemampuan siswa itu sendiri dan arahan terus
menerus dari guru”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan tutor
sebaya secara klasikal adalah hubungan tutor sebaya dengan teman sejawatnya
secara menyeluruh dalam kelas yang nantinya harus didukung oleh kemampuan tutor
itu sendiri dan guru yang bersangkutan.
Semiawan (dalam
Sagala, 2003:145) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam bimbingan tutorial
yang dilaksanakan di dalam kelas secara berkelompok yaitu:
1) Guru memberikan
gambaran umum tentang topik yang akan dibahas kepeda siswa yang pandai.
2) Beberapa siswa yang
pandai sekitar 6-8 orang mempelajari suatu topik di rumah.
3) Siswa yang pandai
menjadi tutor sebaya dalam kelas besar dan membimbing teman sabayanya yang
memerlukan bimbingan.
4) Guru juga memberikan
bimbingan kepada siswa yang memerlukan bimbingan.
5) Jika ada masalah yang
tidak dapat dipecahkan siswa yang pandai meminta bantuan kepada guru.
Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa langkah-langakh pembelajaran tutor sebaya secara
klasikal yaitu: guru memanggil 6-8 siswa yang mampu untuk menjadi tutor,
kemudian guru memberikan permasalahan untuk dipecahkan secara individu dengan
bantuan tutor.
Menurut Sagala (2003:
187) menyatakan belajar dengan bimbingan tutor sebaya secara klasikal
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Adapun kelebihan bimbingan tutor sebaya secara
klasikal di antaranya:
1) Mudah untuk membimbing
dan mengajarkan siswa dengan dibantu tutor sebaya.
2) Pengajaran lebih
terkontrol dan keberhasilan tutor sebaya dapat terlihat saat pengajarn
berlangsung.
3) Tidak memandang siswa
dalam kondisi homogen maupun heterogen sehingga tidak banyak waktu yang
diberikan guru sehingga guru tak perlu mengawasi setiap waktu.
Adapun kelemahan bimbingan tutor sebaya secara
klasikal di antaranya:
1) Belajar klasikal
cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajaran
bila tanpa bimbingan yang memadai.
2) Pembelajaran klasikal
hanya efektif dilakukan dalam kelas besar.
3) Tidak memperhatikan
kemampuan siswa.
4) Walaupun sudah ada
tutor sebaya tapi kebanyakan siswa masih cenderung takut dalam bertanya.
5) Kegiatan pembelajaran
bersifat menerima atau menghafal.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa kelebihan dari bimbingan tutor sebaya secara klasikal adalah
lebih mudah dalam membimbing dan mengontrol siswa secara klasikal, tidak
memandang siswa dalam kondisi homogen ataupun heterogen. Sedangkan kelemahannya
siswa cenderung pasif, kurang memperhatikan kemampuan siswa dan siswa masih
cenderung malu untuk menanyakan suatu permasalahan walaupun dengan tutor
sebayanya.
Tags
Pendidikan