Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang dikembangkan dari
kurikulum nasional yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan
kemampuan dari setiap sekolah. Kurikulum ini jika dilihat substansi pokok dan
basis pengembangannya, tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang
disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan juga
dirancang berbasis kompetensi dengan tujuan agar peserta didik mempunyai
kompetensi sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Keberhasilan KTSP di
lembaga pendidikan terutama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) terutama terletak
pada bagaimana tuntutan dari kurikulum dapat terpentaskan di dalam kelas. Salah
satu tuntutan yang tercantum dalam kurikulum adalah dapat terlaksananya bagian
akhir dari proses pembelajaran yaitu adanya penilaian hasil belajar.
Implementasi PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan membawa
implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk konsep
dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.
Penilaian kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh pendidik dalam hal ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta didik pada saat dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil belajar yang diterapkan dalam kurikulum sekolah adalah system penilaian otentik atau lebih dikenal dengan nama asesmen otentik. Ini merupakan salah satu hal yang paling mendasar yang tercantum dalam KTSP untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menguasai kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dari setiap mata pelajaran. Penilaian otentik ini harus dipahami secara mendalam oleh guru-guru mengingat bahwa setiap pengukuran kompetensi peserta didik tidak cukup hanya dengan tes objektif saja, karena tes tersebut tidak dapat menunjukkan seluruh kompetensi yang dikuasai siswa.
Penilaian kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh pendidik dalam hal ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta didik pada saat dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil belajar yang diterapkan dalam kurikulum sekolah adalah system penilaian otentik atau lebih dikenal dengan nama asesmen otentik. Ini merupakan salah satu hal yang paling mendasar yang tercantum dalam KTSP untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menguasai kompetensi dasar yang sudah ditetapkan dari setiap mata pelajaran. Penilaian otentik ini harus dipahami secara mendalam oleh guru-guru mengingat bahwa setiap pengukuran kompetensi peserta didik tidak cukup hanya dengan tes objektif saja, karena tes tersebut tidak dapat menunjukkan seluruh kompetensi yang dikuasai siswa.
Penilaian otentik merupakan penilaian yang secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan siswa dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Manfaat
Penilaian
- Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
- Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik dalam mencapai kompetensi.
- Untuk umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan.
- Untuk masukan bagi pendidik guna merancang kegiatan belajar.
- Untuk memberikan informasi bagi orang tua dan komite satuan pendidikan tentang efektivitas pendidikan.
- Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan.
Fungsi Penilaian
- Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
- Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian sebagai bimbingan.
- Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidkk menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remidial atau pengayaan.
- Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
- Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta didik.
Penilaian Otentik
Penilaian
otentik adalah penilaian yang secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa
yang dinilai memang demikian yang sesungguhnya terjadi dan dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi
penilaian otentik menilai kemampuan riil siswa dalam kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Penggunaan penilaian otentik sangat erat hubungannya dengan
kompetensi. Dalam KTSP dikenal istilah Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jelas dari pengertian tersebut bahwa
kompetensi tidak bisa diasumsikan telah terbentuk pada siswa , melainkan harus
benar-benar tertunjukkan dalam suatu kinerja.
Penilaian
otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa sebab pelaku belajar
adalah siswa.
Sifat-sifat penilaian otentik:
- Berbasis kompetensi yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi siswa
- Individual, dapat secara langsung mengukur kemampuan individu
- Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh siswa sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan individu dan juga kekurangannya
- Tak terstruktur dan open-ended, penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal. Juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok atau kelas.
- Terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga siswa tidak selalu dalam situasi tes yang menegangkan
- On-going atau berkelanjutan, oleh karena itu penilaian harus secara langsung dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
Jenis-jenis penilaian otentik
- Penilaian Kinerja
- Evaluasi Diri
- Esai
- Proyek
- Portofolio
Teknik Penilaian Otentik
Untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan beragam teknik,
baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik
mengumpulkan informasi atsu data tersebut pada persiapan adalah cara penilaian
kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar kopetensi dasar.
Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator
pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Berdasarkan indikator-indikator tersebut dapat digunakan untuk
mendapatkan data tentang profil peserta didik, yaitu: penilaian, unjuk
kerja/perbuatan, penilaian tertulis dan lisan, penilaian proyek, penilaian
produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri.
- Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakuan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai indikator pecapaian hasil belajar suatu kopetensi
dasar yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di
laboratorium, prakter sholat, praktek olahraga bermain peran, memainkan alat
musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamsi dan lain-lain. Cara penilaiyan ini
dianggap lebih otentik dari pada tes tertulis karena apa yang dilihat lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Penilaian unjuk kerja dilakukan melalui pengamatan dan
dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampaua
tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara peserta didik, misalnya dilakukan
pengmatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam
kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian,
gambaran kemampuan peserta didik kan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja
peserta didik dapat menggunakan alat
atau instrumen berikut:
Daftar Cek (Check-list )
Pengambilan data penilaian unjuk kerja dapat dilakukan
dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik ). Aspek yang akan dinilai
dicantumkan di dalam format penilaian unjuk kerja. Selama melakukan pengamatan
unjuk kerja peserta didik, guru memberikan tanda (√) pada setiap aspek yang
dinilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar salah, dapat diamati tidak diamati. Dengan demikian tidak
terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati
subjek dalam jumlah besar. Berikut contoh daftar cek.
No
|
Nama
|
Aspek yang dinilai
|
Skor
|
Nilai
|
|||||||
Aspek A
|
Aspek B
|
Aspek C
|
Aspek D dst......
|
||||||||
Baik
|
Tidak baik
|
Baik
|
Tidak baik
|
Baik
|
Tidak baik
|
Baik
|
Tidak baik
|
||||
1
|
|||||||||||
2
|
|||||||||||
3...
|
Contoh rating skala
No
|
Nama
|
Aspek A
|
Aspek B
|
Aspek C
|
Jml
|
Nilai
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||||
1
|
|||||||||||||
2
|
|||||||||||||
3...
|
|||||||||||||
- Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis.
Penilaian jenis ini cenderung dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
berkaitan dengan konsep, prosedur dan aturan-aturan. Tes tertulis merupakan tes
dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalau merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seprti membri tanda,
mewarnai, menggambar dll.
Teknik penilaian
- soal dengan memilih jawaban
·
pilihan ganda
·
dua pilihan
(benar-salah, ya-tidak)
·
menjodohkan
- soal dengan mensuplai jawaban
·
isian singkat
atau melengkapi
·
uraian terbatas
·
uraian objektif
/ non objektif
·
uraian terstruktur
/ non terstruktur
dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih
jawaban benar-salah, isian singkat dan menjodohkan merupakan aat yang hanya
menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes
pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami.
Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan
sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika
peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan
cenderung menerka jawaban. Hal ini menimbulkan kecendrungan peserta didik tidak
belajar memahami pelajaran, tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu
pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukupuntuk dijadikan umpan
balik guna mendiagnosis kelemahan dan kekuatan peserta didik atau memodifikasi
kegiatan belajar.
Tes
tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah
dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini
dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat,
berpikir logis dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini adalah cakupan materi yang
ditanyakan terbatas.
Contoh tes lisan biologi
1. Sebutkan 10 bagian saluran pencernaan secara
berurutan!
Kriteria: setiap jawaban benar diberi skor 1
No
|
Nama
|
Skor Perolehan
|
Jml
|
Nilai
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||||
Contoh
bhs inggris
1.
Look at the picture, mention 10 things you find in the picture!
Criteria
dan bentuk tabel sama dengan di atas
- Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode / waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyeledikan dan kemampuan
menginformasikan sesuatu dengan jelas.
Teknik
penilaian proyek.
Penilaian proyek dapat dilakukan
dari perencanaan, pengerjaan sampai hasil akhir proyek, bisa juga disajikan
dalam bentuk poster. Instrument penilaian yang digunakan dapat berupa daftar
cek ataupun skala penilaian.
Contoh
instrument penilaian proyek
No
|
Aspek
|
Skor
|
1
|
Perencanaan
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
|
|
2
|
Pelaksanaan
a. Sistimatika penulisan
b. Keakuratan sumber data
c. Kuantitas sumber data
d. Analisis data
e. Penarikan simpulan
|
|
3
|
Laporan proyek
a. Penampilan
b. Presentasi / penguasaan materi
|
Contoh kasus
1)
Penyusunan
paper tentang perkembangan teknologi komputer
2)
Pengumpulan
data-data tertentu seperti jenis pekerjaan orang tua siswa di SMP N 1 Sidemen
kemudian disajikan dalam bentuk grafik
3)
Penyusunan
karya ilmiah
4)
Pembuatan
resume
5)
Pengukuran luas
bangunan dan luas sekolah dengan perhitungan prosentase
6)
Dsb.
4. Penilaian
Portofolio
penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informsi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didikdalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu dari proses pembelajaran dan membandingkan
hasil setiap karya tersebut. Dan pada setiap hasil karya peserta didik
diungkapkan kekuatan dan kelemahannya, sehingga peserta didikmeiliki
catatan-catatan yang dapat memperbaiki hasil karyanya. Hasil karya ini dapat
berupa karangan, puisi, surat, komposisi, musik dsb.
Dari uraian di atas dapat kita tarik benang merahnya
tentang penilaian otentik, bahwa penilaian yang sedemikian adanya dan ada pada
keseharian siswa. Penilaian otentik merupakan penilaian berbasis kompetensi,
individual, orientasinya berfokus pada siswa dan tak terstruktur. Dengan
penerapan penilaian otentik ini diharapkan guru dapat mengetahui kmampuan siswa
secara nyata pada semua aspek kognitif, afektif dan psikomotor sehingga dapat
memberikan apresiasi yang tepat terhadap siswa.
(Ketut Ngurah Artawan, S.Pd., M.Pd.)
Diposkan oleh UPTD
DIKPORA SELAT di 20.04
http://artikel-uptd.blogspot.com/2012/10/penyusunan-konsep-penilaian-otentik.html
Tags
Pendidikan